pengukuran suhu minus pakai LM_35
Jam Menggunakan Chip RTC 1307
Pages
▼
Jumat, 22 Juni 2012
Sabtu, 02 Juni 2012
Senin, 07 Mei 2012
Merawat dan memperbaiki lampu hemat energi
Kali Thumb Elektonika akan mambagikan tips memperbaiki lampu. tips ini diberikan oleh sobat kita yang ingin membagikan ilmunya kepada kita semua. langsung saja baca dan praktikan.......ok!
Saat ini lampu menjadi barang yang begitu penting seiring dengan banyaknya aktifitas dimalam hari. Sebagai alat elektronik, lampu rentan terhadap gangguan/kerusakan. Untuk memperbaikinya dibutuhkan petunjuk praktis dan sederhana.
Saat ini lampu menjadi barang yang begitu penting seiring dengan banyaknya aktifitas dimalam hari. Sebagai alat elektronik, lampu rentan terhadap gangguan/kerusakan. Untuk memperbaikinya dibutuhkan petunjuk praktis dan sederhana.
Dalam tulisan
ini dibahas cara mengecek kerusakan dan memperbaiki lampu secara sederhana,
metode pengecekan kerusakan dilakukan dengan alat bantu yang mudah diperoleh. Adapun
pembaca berhati-hati karena bekerja pada lingkungan yang bermuatan listrik
besar dengan tegangan tinggi.
Sebelum pengecekan
dilakukan adabiknya kita mengetahui peralatan yang dibutuhkan untuk memperbaiki
lampu. Peralatan yang digunakan sederhana saja yaitu: obeng, solder,
atraktor(pengisap timah), dan multimeter. Andapun harus tahu bagaimana cara
mengetahui baik tidaknya komponen menggunakan AVOmeter.
Langkah-langkah
pengecekan kerusakan dan penanganannya, yaitu:
1. buka kap
lampu
2. Pisahkan
balon lampu dengan rangkaiannya
3. periksa
kondisi balon lampu, lampu yang masih bagus konduktifitasnya masih baik atau
memilki resistansi yang kecil sekitar 4 ohm jika rusak ganti balon lampu yang
baru dari lampu yang rangkaianya rusak.
4. cek komponen
pada rangkaiandalam keadaan masih melekati pada papan rangkaian. Jika temukan
komponen yang rusak, cabut dari rangkaiannya dan periksa ulang, dan ganti
dengan spesifikasi yang sama.
5. pastikan
semua komponen dlam keadaan normal
6. pasang
rangkaian dengan balon lampu jangan sampai terbalik. Usahakan kawat lampu tidak
saling bersentuhan
7.
sambungkan lampu kesumber tegangan(AC) maka lampu akan menyala.
Untuk hal-hal
yang positif, jangan katakan tidak sebelum mencoba!
Semoga sukses…..
(by: IrsanMasiga)
Kamis, 19 April 2012
SENSOR PIR
Gambar sensor PIR
Kita
pasti sering dengar tentang sensor. Sensor biasa digunakan untuk
mendeteksi suatu benda atau berbagai kegunaan yang lain. Salah satu
jenis sensor adalah PIR (Passive Infrared Receiver), sensor ini
merupakan sensor berbasis infrared namun tidak sama dengan IR LED dan
fototransistor. Perbedaan dengan IR LED adalah sensor PIR tidak
memancarkan apapun, namun sensor ini merespon energi dari pancaran
infrared pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya.
Salah satu benda yag memiliki pancaran infrared pasif adalah tubuh
manusia. Energi panas yang dipancarkan oleh benda dengan suhu diatas nol
mutlak akan dapat ditangkap oleh Sensor tersebut.
Bagian-bagian dari PIR adalah Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator.
1. Fresnel Lens
Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan sebagai lensa yang memfokuskan sinar pada lampu mercusuar.
Penggunaan paling luas pada lensa Fresnel adalah pada lampu depan
mobil, di mana mereka membiarkan berkas parallel secara kasar dari
pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi persyaratan pola sorotan
utama. Namun kini, lensa Fresnel pada mobil telah ditiadakan diganti
dengan lensa plain polikarbonat. Lensa Fresnel juga berguna dalam
pembuatan film, tidak hanya karena kemampuannya untuk memfokuskan sinar
terang, tetapi juga karena intensitas cahaya yang relative konstan
diseluruh lebar berkas cahaya.
2. IR Filter
IR
Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar
infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang
yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10
mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga Sensor
PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
3. Pyroelectric sensor
Seperti
tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius,
yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan.
Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan
arus listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik? Karena pancaran
sinar inframerah pasif ini membawa energi panas. Material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energy panas yang dibawa oleh infrared pasif tersebut. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell.
4. Amplifier
Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada material pyroelectric.
5. Comparator
Seterlah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh comparator sehingga mengahasilkan output.
Gambar blok diagram sensor PIR
Cara kerja pembacaan sensor PIR
Pancaran
infra merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor
pyroelektrik, karena sinar infra merah mengandung energi panas maka
sensor pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Sensor pyroelektrik
terbuat dari bahan galium nitrida (GaN), cesium nitrat (CsNo3) dan litium tantalate (LiTaO3).
Arus listrik inilah yang akan menimbulkan tegangan dan dibaca secara
analog oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat dan
dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu
(keluaran berupa sinyal 1-bit). Jadi sensor PIR hanya akan mengeluarkan
logika 0 dan 1, 0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra
merah dan 1 saat sensor mendeteksi infra merah.
Sensor PIR didesain dan dirancang hanya mendeteksi pancaran infra merah
dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Diluar panjang gelombang
tersebut sensor tidak akan mendeteksinya. Untuk manusia sendiri memiliki
suhu badan yang dapat menghasilkan pancaran infra merah dengan panjang
gelombang antara 9-10 mikrometer (nilai standar 9,4 mikrometer), panjang
gelombang tersebut dapat terdeteksi oleh sensor PIR. (Secara umum sensor PIR memang dirancang untuk mendeteksi manusia).
Sensor Suhu LM35
Sensor suhu LM35
adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran
suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35
yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika
elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor.
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika
dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran
impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan
mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan.
Meskipun
tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan
kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar
60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .
Sensor Suhu LM35
Gambar diatas
menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin LM35
menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai
sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai
tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0
Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang
dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan
naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar
10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau
dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit
berkurang sekitar 0,01 ºC
karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini
diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi
oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara
disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu
permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara
disekitarnya .
Jarak
yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh
interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang
ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan
simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang
mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35.
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC .
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
MAX 232
Gambar komponen MAX 232
Untuk
mendapatkan keserba-cocokan (compatibility) dari beberapa peralatan
komunikasi data dari berbagai pabrik, diciptakanlah standar tatap-muka
(interfacing) yang dinamakan RS232. Standar ini dipublikasikan oleh EIA (Electronics Industries Association)
pada 1960. Dan pada 1963 standar itu dimodifikasi dengan nama RS232A.
RS232B dan RS232C ditetapkan pada tahun masing-masing 1965 dan 1969.
Pada buku ini kita akan mengacu pada standar RS232 paling dasar.
Sekarang Standar RS232 masih menjadi standar dunia mengenai standar
tatap-muka I/O komunikasi serial. Bahkan standar ini masih dipakai dan
digunakan pada komputer PC kita.
Karena
standar ini sudah dupublikasikan jauh lebih lama dari standar TLL,
standar yang diciptakan saat komputer masih dibuat dari tansistor, relay
dan tabung hampa, sehingga standar ini sama sekali tidak kompatibel
dengan standar keluarga logika TTL yang diciptakan belakangan. Pada
RS232, 1s (high) direpresentasikan dengan tegangan -3 s/d -25V, dan 0s
(low) direpresentasikan sebagai +3 s/d +25V. Sedang diantara -3 dan +3V
dianggap sebagai status mengambang dan tidak dianggap. Atas alasan ini,
untuk menghubungkan 8051 yang ber-standar TTL dengan komputer (atau alat
lain) yang menggunakan RS232, kita harus menggunakan peralatan tambahan
misalnya dengan chip MAX232 untuk mengkonversi level TTL ke RS232 dan
level RS232 ke level TTL.
Walaupun
RS232 sudah mulai ditinggalkan, kita masih bisa berbangga bahwa standar
ini masih dijadikan standar dasar bagi standar-standar yang lebih maju,
misalnya USB, SATA, Packet Data dll. Sehingga sangat bermanfaat
mempelajari standar RS232 ini sebelum mempelajari standar yang lainnya.
IC MAX232 adalah komponen untuk mengubah sinyal dari RS232 ke sinyal TTL yang bisa diolah oleh mikrontroler.
IC ini berguna kalau anda mau membuat komunikasi data antara komputer
(atau alat lain yang menggunakan RS232) dengan mikrokontroler.
Di bawah ini salah satu contoh skema:
Penjelasan Pin
1 DCD = Data Carrier Detect
2 RcD = Received Data
3 TxD = Transmited Data
4 DTR = Data Terminal Ready
5 GND = Ground
6 DSR = Data set Ready
7 RTS = Request To Send
8 CTS = Clear To Send
9 RI = Ring Indicato
Gambar rangkaian MAX 232
Rabu, 18 April 2012
Apa itu satu RTC
RTC (Real time clock) adalah jam
elektronik berupa chip yang dapat menghitung waktu (mulai detik hingga
tahun) dengan akurat dan menjaga/menyimpan data waktu tersebut secara
real time. Karena jam tersebut bekerja real time, maka setelah proses
hitung waktu dilakukan output datanya langsung disimpan atau dikirim ke
device lain melalui sistem antarmuka.
Chip RTC sering dijumpai pada motherboard
PC (biasanya terletak dekat chip BIOS). Semua komputer menggunakan RTC
karena berfungsi menyimpan informasi jam terkini dari komputer yang
bersangkutan. RTC dilengkapi dengan baterai sebagai pensuplai daya pada
chip, sehingga jam akan tetap up-to-date walaupun komputer dimatikan.
RTC dinilai cukup akurat sebagai pewaktu (timer) karena menggunakan
osilator kristal.
Banyak contoh chip RTC yang ada di pasaran (pasar genteng, dll) seperti DS12C887, DS1307, DS1302, DS3234.
DS1307
Salah satu chip RTC yang mudah digunakan adalah DS1307. Pin out chip seperti gambar di bawah.
DS1307 memiliki akurasi (kadaluarsa) hingga tahun 2100. lihat datasheet.
Sistem RTC DS1307 memerlukan baterai eksternal 3 volt yang terhubung ke
pin Vbat dan ground. Pin X1 dan X2 dihubungkan dengan kristal osilator
32,768 KHz. Sedangkan pin SCL, SDA, dan SQW/OUT dipull-up dengan
resistor (nilainya 1k s.d 10k) ke vcc. Skema lengkapnya:
Minggu, 01 April 2012
belajar mikrokontroler
Modul Pelatihan Mikrokontroler AT89S51
TUTORIAL LENGKAP AT89S51
Mikrokontroler modul
TUTORIAL LENGKAP AT89S51
Mikrokontroler modul
Kamis, 29 Maret 2012
Kelebihan dan Kekurangan SSR (4)
Baik relay kontaktor biasa maupun solid state relay (SSR) mempunyai
keuntungan dan kerugian. Baik keuntungan maupun kerugian tersebut
merupakan ‘trade-off’ yang harus dipilih bagi disainer sistem kontrol.
Pada
dasarnya Solid state relay (SSR) merupakan relay yang dapat didiskripsikan
sebagai berikut :
©
Mempunyai empat buah terminal,
2 input terminal dan 2 buah output terminal.
©
Tegangan input dapat berupa
tegangan AC atau DC.
©
Antara output dan input
diisolasi dengan sistem optikal.
©
Output menggunakan keluarga
thyristor, SCR untuk beban DC dan TRIAC untuk beban AC.
©
Switching ON, yang sering
disebut ‘firing’, solid state relay hanya bisa terjadi pada saat
tegangan yang masuk ke output pada level yang sangat rendah mendekati nol volt.
©
Output berupa tegangan AC (50
Hz atau 60 Hz).
Sebuah
solid state kontaktor adalah tugas yang sangat berat solid state relay,
termasuk yang diperlukan heat sink, digunakan untuk beralih pemanas listrik,
motor listrik kecil dan pencahayaan load; di mana sering on / off siklus
diperlukan. Tidak ada bagian yang bergerak untuk memakai dan tidak ada kontak
bouncing karena getaran. Mereka diaktifkan oleh sinyal kontrol AC atau DC
sinyal kontrol dari Programmable logic controller (PLC), PC,
transistor-transistor logic (TTL) sumber, atau lainnya kontrol mikroprosesor
dan mikrokontroler.
Keuntungan dan
Kerugian Penggunaan Solid-State Relay
Penggunaan solid state relay mempunyai beberapa keuntungan
yang menyebabkan solid-state relay saat ini menarik untuk digunakan pada
aplikasi-aplikasi kontrol untuk beban AC daripada digunakannya relay mekanik
(Electromechanical Relay, EMR), walaupun biaya sebuah solid-state relay lebih
mahal daripada biaya sebuah relay mekanik biasa.
Keuntungan
solid-state relay :
1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian
yang bergerak seperti halnya pada relay. Relay mempunyai sebuah bagian
yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada pada solid-state
relay. Sehingga tidak
mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak
terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-state relay tidak terjadi
peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada
saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya
bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah
keadaan.
3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke
kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10us
sehingga solid-state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing
detektor. Dengan kata lain opersai kerja
solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing
detektor.
4. Solid-State
relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik
biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena
goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.
5. Tidak
menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
6. Kontaktor
output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi
yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan
dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai solid-state
relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
7. Solid-State
relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan
level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain kontrolnya menjadi sangat
sederhana karena tidak memerlukan level konverter.
8. Masih
terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil
sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan
pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Keuntungan solid-state relay begitu baik
sekali tetapi dibalik keuntungan tersebut terdapat kerugian penggunaan
solid-state relay yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaannya.
Kerugian
solid-state relay adalah sebagai berikut :
1. Resistansi
Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay
benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa
sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike
yang dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike
ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan
solid-state relay tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain
adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya.
2. Tegangan
drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat
tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh
tersebut kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya
dissipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada
solid-state relay ini.
3. Arus
bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan
off atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus
yang mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada
komponen yang sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika
dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
4. Sukar
dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
5. Lebih mudah rusak
jika terkena radiasi nuklir.
Pada solid-state ralay, switching unit-nya biasanya menggunakan
TRIAC sehingga solid-state relay ini dapat mengalirkan arus baik arus positif
maupun arus negatif. Walaupun demikian untuk mengontrol TRIAC ini
digunakan SCR yang mempunyai karakteristik gate yang sangat sensitif.
Kemudian untuk mengatur trigger pada SCR sendiri diatur dengan menggunakan
rangkaian transistor. Rangkaian transistor ini menjadi penguat level
tegangan yang didapat dari optocoupler. Penggunaan SCR untuk mengatur
gate TRIAC karena gate SCR mempunyai karakteristik yang lebih sensitif daripada
gate TRIAC.
Antara
bagian input dan output dipisahkan dengan menggunakan optocoupler dan dengan
sinyal yang kecil, cukup untu menyalakan diode saja, maka cukup untuk
menggerakkan sebuah bebab AC yang besar melalui solid-state relay.
Rangkaian kontrol merupakan rangkaian
kontrol biasa, seperti pada umumnya. Fungsi logika AND, pada blok diagram
rangkaian internal SSR, dibangun dari dua buah transistor Q1 dan Q2 yang
bekerja untuk menghasilkan logika inverted NOR. Q1 akan melakukan ‘clamps’
jika optocoupler OC1 dalam keadaan off. Q2 akan melakukan ‘clamps’
jika tegangan bagi antara R4 dan R5 cukup untuk mengaktifkan transistor
Q2. Sehingga Q2 akan melakukan clamp pada SCR jika tegangan anode SCR
lebih dari 5 volt.
Jika OC1 ‘ON’ maka Q1 akan OFF sehingga Q1
tidak melakukan clamp pada SCR. SCR akan aktif jika Q2 juga dalam kondisi
OFF. Kondisi ini terjadi pada saat terjadinya zero crossing.
Penambahan kapasitor C2 bertujuan untuk menghindari kemungkinan SCR di trigger
berulang-ulang. C1 berguna untuk menyediakan arus yang cukup untuk sumber
tegangan sementara pada saat terjadinya ‘firing’ pada gate SCR, selain
itu C1 juga berfungsi untuk menghindari kondisi ditriggernya gate SCR
berulang-ulang.
Penambahan C1 dan C2 akan menghindari trigger SCR pada saat tegangan
anode SCR turun (down slope), kondisi ini memang tidak
diharapkan. Komponen D2 akan memperbolehkan gate SCR di-reverse
bias untuk menghasilkan kekebalan terhadap noise. D1 berfungsi
untuk melindungi tegangan input yang berlebihan di atas rating tegangan
optocoupler OC1. Komponen SCR yang digunakan, jika ingin membangun sebuah
SSR sendiri, adalah SCR dengan tipe 2N5064, 2N6240.
TRIAC yang digunakan adalah 2N6343 dengan C11 sebesar 47nF dengan
tegangan disesuaikan dengan rating tegangan aplikasi TRIAC dan diode yang
mentrigger gate TRIAC ini harus 1N4004.
TRIAC merupakan komponen yang terdiri dari 2 buah SCR yang terpasang
paralel tetapi terbalik. Kondisi ini menyebabkan timbulnya masalah pada
beban induktif yaitu pada saat kondisi turn-off TRIAC. TRIAC harus mati pada saat setiap ½ cycle
yaitu pada saat tegangan jala-jala PLN mendekati nol volt. TRIAC harus
melakukan bloking tegangan pada saat tegangan mulai mencapai 1-2 volt dalam
keadaan tegangan inverse. Kejadian ini terjadi sekitar 30us pada rate
frekuensi jala-jala 60Hz. Pada beban induktif
TRIAC tidak sempat dalam kondisi benar-benar OFF untuk dapat ditrigger
kembali. Kejadian ini akan menyebabkan TRIAC pada beban induktif tertentu
akan menyebabkan TRAIC tidak dapat OFF dan kontrol tidak akan berfungsi untuk
mengontrol TRIAC ini kecuali dengan jalan memutuskan aliran arus yang menuju
terminal TRAIC ini secara manual.
Untuk menghindari kejadian seperti ini maka output sebuah
solid-state relay harus ditambahkan sebuah rangkaian snubber jika solid-state
relay ini digunakan untuk beban yang bersifat induktif.
Walaupun demikian dapat digunakan solid-state relay yang komponen
output unitnya berupa SCR. SCR lebih mudah digunakan dalam mengontrol
beban induktif, walaupun demikian untuk amannya sebuah sistem kontrol maka
perlulah dipertimbangkan untuk diberikannya sebuah rangkaian snubber pula untuk
beban induktif.
Walaupun solid-state relay dengan SCR maupun TRAIC- nya yang membuat
perlunya sedikit pertimbangan dalam pemberian rangkaian snubber pada
beban induktif, solid-state relay secara umum lebih baik pada penggunaanya
terutama untuk aplikasi yang membutuhkan isolasi antara input dan output yang
baik. Memang harga bolehlah mahal tetapi untuk kualitas yang baik maka
komponen ini bisa menjadi sebuah alternatif untuk menggantikan sebuah relay
mekanik pada aplikasi-aplikasi tertentu.
FINISH..............
FINISH..............
Cara pengoperasian, Aplikasi dan Perangkat Swithing (3)
- Cara Pengoperasian
Tegangan yang
diberikan pada garis kontrol menyebabkan suatu SSR LED bersinar pada foto-dioda
sensitif. Hal ini menghasilkan tegangan antara sumber dan MOSFET gerbang, dan
menyebabkan MOSFET menjadi hidup. Sebuah SSR didasarkan pada satu MOSFET, atau
beberapa MOSFET dalam array paralel yang bekerja dengan baik untuk beban DC.
Ada dioda substrat
yang melekat dalam semua MOSFET yang melakukan cara kinerja dengan arah
sebaliknya. Ini berarti bahwa satu MOSFET tidak dapat memblokir arus dalam dua
arah. Untuk AC (bi-directional) operasi, dua MOSFET disusun kembali untuk
kembali dengan sumber mereka, pin diikat bersama-sama. Pin menguras mereka dan
terhubung ke kedua sisi output. Dioda substrat secara bergantian membias balik
dalam rangka untuk memblokir arus ketika relay tidak aktif. Ketika relay aktif,
sumber umum selalu naik di tingkat sinyal seketika dan kedua gerbang yang bias
positif relatif terhadap sumber foto-dioda.
Hal ini umum untuk
menyediakan akses ke sumber yang sama sehingga beberapa MOSFET dapat ditransfer
secara paralel jika switching DC beban. Umumnya ada juga beberapa sirkuit yang
mengendalikan gerbang bila LED dimatikan, mempercepat giliran relay-off.
Baik SSR dan EMR menggunakan rangkaian control
dan rangkaian terpisah untuk mengganti beban. Ketika tegangan diberikan pada
masukan dari SSR, relay diberi energy oleh diode pemancar cahaya. Cahaya dari
dioda adalah berseri-seri menjadi sensitif terhadap cahaya semikonduktor itu,
dalam kasus tegangan nol crossover relay, kondisi sirkuit control untuk
menghidupkan output solid state-switch disebelah tegangan nol crossover. Dalam
kasus tegangan nol crossover relay output solid state saklar diaktifkan pada
saat yang tepat tegangan yang terjadi pada saat itu. Pencabutan kekuasaan
menonaktifkan input rangkaian control dan solid state saklar dimatikan bila
arus beban melewati titik nol dari siklus.
- Aplikasi SSR
Sejak pendahuluan, SSR telah memperoleh
penerimaan di banyak daerah yang sebelumnya satu-satunya domain yang EMR atau
Kontaktor. Para SSR semakin digunakan dalam industri aplikasi kontrol proses,
terutama suhu kontrol, motor, solenoida, katup dan transformer. Daftar aplikasi
SSR adalah luas.
Solid State Relay ini mirip dengan ditambah
OPTO perangkat yang sudah disebutkan, tetapi menggunakan MOSFET daya transistor
sebagai perangkat switching. Solid State Relay dapat menggantikan berbagai
jenis relay elektromekanis daya rendah. Ini menggunakan OPTO coupling untuk
menyediakan listrik lengkap isolasi antara rangkaian input daya yang rendah dan
yang tinggi sirkuit output daya. Ketika saklar output terbuka (MOSFET off)
memiliki resistansi yang hampir tak terbatas, dan resistansi yang sangat rendah
ketika tertutup (MOSFET melakukan berat). Juga dapat digunakan untuk beralih
baik arus AC ataupun DC.
Contoh Aplikasi SSR mencakup: Otomasi
Industri, Peralatan
elektronik, Peralatan
industry, Mesin
kemasan, Tooling
mesin, Peralatan
Manufaktur, Peralatan
makan, Sistem
keamanan, Industry
pencahayaan, Api
dan sistem keamanan, Dispensing
mesin, Peralatan
produksi, On-board
power control, Traffic
control, Sistem
instrumentasi, Mesin
penjual, Uji
sistem, Mesin
kantor, Peralatan
medis, Tampilan
pencahayaan, kontrol
lift, Metrologi
peralatan, Hiburan
pencahayaan
- Perangkat Switching
Yang paling banyak digunakan dari keluarga ini
adalah logam oksida semikonduktor transistor efek medan (MOSFET),
silikon-dikontrol penyearah (SCRs), TRIAC dan alternistor TRIAC. Dalam banyak
aplikasi perangkat ini melakukan fungsi-fungsi utama dan sangat penting bahwa
satu mamahami keuntungan mereka, serta kekurangan mereka, untuk melakukan
kebenaran sistem yang handal. Bila diterapkan dengan benar, thyristor dapat
menjadi keuntungan yang penting dalam pertemuan lingkungan, kecepatan dan
kehandalan spesifikasi elektromekanis rekan-rekan mereka tidak bisa memenuhi.
«
MOSFET
Adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri
dari dua metaloxide semikonduktor transistor efek medan (MOSFET)< satu jenis
P-jenis, terpadu pada satu chip silikon. MOSFET switching ideal untuk beban DC.
« SCR SCR
Silikon dikuasai penyearah (SCR) adalah empat
lapisan perangkat solid state yang mengontrol aliran arus. SCR bertindak
sebagai switch, pelaksanaan ketika menerima arus gerbang pulsa dan terus
melakukan selama ini bias maju. SCR sangat ideal untuk beralih ke semua jenis
beban AC.
« TRIACS
Adalah komponen elektronik yang kurang lebih
setara dengan dua penyearah silikon dikendalikan terbalik bergabung dalam
parallel (sejajar tetapi dengan polaritas terbalik) dan terhubung dengan
gerbang mereka bersama-sama. Hal ini menghasilkan dua arah saklar elektronik
yang dapat melakukan arus di kedua arah. TRIAC ideal untuk beralih AC ke beban
resistif.
«
Alternistor
TRIAC
Digunakan untuk beralih AC beban,yang
alternistor telah dirancang khusus untuk aplikasi yang beralih tinggi beban
induktif. Chip khusus menawarkan kinerja serupa sebagai dua SCRs, kabel
parallel terbalik (back to back), menyediakan turn off yang lebih baik dari
pada standar perilaku TRIAC. Yang Alternistor TRIAC adalah solusi ekonomis yang
sangat ideal untuk beralih AC ke beban induktif.
«
Thermal
Considerations dan Heat Sinking Thermal
Adalah sebuah pertimbangan mendasar dalam
desain dan penggunaan SSR,karena kontak disipasi (biasanya 1 W per amp). Oleh
karena itu, sangat penting bahwa cukup panas tenggelam disediakan, jika tidak
hidup dan keandalan switching SSR akan dikompromi. Untuk ukuran yang benar heat
sink, kita harus mempertimbangkan apa yang masuk, yang mendapat nomor tahanan termal
untuk memahami apa artinya.
Mari kita mulai pertama dengan mendefinisikan
beberapa variabel:
P
= Power Disipasi (W)
EDROP
= Tegangan Drop ON maximum (V), dapat ditemukan di table spesifikasi
TA
= maksimum temperature lingkungan dimana relay akan berlokasi (°C)
TJ
= maksimum semikonduktor persimpangan umumnya suhu 100°
RKPT
= Allowable kenaikan suhu (°C)
REJC
= Thermal perlawanan, sambungan ke kasus ditemukan di tabel spesifikasi(°C/W)
RECS
= Thermal perlawanan, kasus heat sink umumnya 0,1°C/W. ini menjelaskan kerugian dalam
minyak panas atau transfer thermal pad
RESA
= Thermal perlawanan, heat sink untuk ambient ini heat sink yang diperlukan
berdasarkan karakteristik volume heat sink dan rancangan (°C/W).
Jenis-Jenis SSR (2)
Hal ini memudahkan untuk
mengelompokkan SSR oleh sifat rangkaian input, dengan referensi khusus kepada
sarana yang terisolasi input-output akan tercapai. Tiga kategori utama:
- Reed-Relay-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (secara langsung, atau melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan buluh lalu mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor. Jelas, input-output isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang biasanya sangat baik.
- Transformer-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui DC-AC converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke domain utama trafo berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi primer yang digunakan (dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain transformator.
- Foto-digabungkan SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber cahaya atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan dari sumber yang terdeteksi dalam foto - sensitive semi-conductor (misalnya, sebuah dioda fotosensitif, sebuah foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang TRIAC atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan "coupling path" antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra - radiasi merah, dan isolasi listrik yang sangat baik. “optically coupled” or SSR yang juga disebut sebagai "optikal yang digabungkan" atau Foto terisolasi.
Selain jenis utama SSR yang
dijelaskan di atas, ada beberapa tujuan khusus desain yang harus disebutkan:
- Direct-kontrol jenis AC di mana eksternal jenis AC ini beroperasi di sirkuit energi yang sama seperti yang digunakan untuk rangkaian beban, memicu TRIAC (atau back-to-back-terhubung SCR's). Tipe ini juga memiliki input "saklar penutup". Jenis relay, secara inheren lebih murah dibandingkan desain yang lebih canggih, dan memiliki kerugian besar (untuk kebanyakan aplikasi) tidak memiliki isolasi antara rangkaian kontrol dan beban.
- Direct-kontrol jenis DC di mana eksternal beroperasi di sirkuit yang sama energi dengan Daya DC baris seperti yang digunakan untuk rangkaian beban yang mengontrol konduksi transistor. Jenis relay, yang mungkin paling sederhana dari semua, dan inheren yang paling mahal, juga memiliki kelemahan besar (untuk sebagian aplikasi) tidak memiliki isolasi antara kontrol dan beban sirkuit.
- Jenis SCR dirancang untuk DC, di mana beban-arus membawa SCR dan dibuat untuk menonaktifkan dengan cara kedua SCR, terhubung dalam "commutating sirkuit" (seperti yang mampu mematikan SCR pertama untuk mengurangi arus ke nol. Desain menggunakan cara mengisolasi khusus, seperti efek Hall di mana gerakan magnet eksternal, tetapi dalam kedekatan menyebabkan perubahan tahanan di sebuah ladang-materi sensitif, demikian memicu perilaku on-off. di mana sinyal eksternal menggeser frekuensi dari osilator, sehingga menyebabkan resonan digabungkan untuk memicu perilaku on-off. saturable reaktor atau penguat magnet, di mana DC kontrol arus dalam satu kontrol berkelok-kelok induksi tegangan (dari sumber AC) dalam gulungan lain. Tegangan induksi kemudian digunakan untuk memicu perilaku on-off. SSR Aman untuk mengatakan bahwa lebih dari 95% dari semua SSR persyaratan yang terbaik dipenuhi oleh salah satu dari tiga besar. jenis dijelaskan sebelumnya.
Input Circuit Kinerja.
Terisolasi Kepekaan
SSR (yaitu, kontrol minimum tegangan dan arus yang menyala) tergantung pada
karakteristik yang mengisolasi komponen
atau rangkaian:
- Dalam hibrida (reed-relay terisolasi) desain, SSR's dengan kepekaan yang dibentuk oleh kekuatan-operasi persyaratan relai buluh, yang berkisar antara 40 milliwatts (misalnya, 5 volt dc di 8 mA) sampai setinggi mungkin beberapa ratus milliwatts. Perhatikan bahwa tegangan rendah, berdaya rendah desain yang kompatibel dengan standar-digital komputer "tingkat logika," dan bahwa standar "high-fan - out” atau "tingkat logika TTL output dari komputer atau digital pengendali digital bisa mengemudi dua atau lebih hibrida SSR dalam paralel.
- Dalam transformer-coupled SSR's, kepekaan biasanya jauh lebih tinggi dari jenis hibrida karena semua sinyal input harus dilakukan adalah gerbang di AC-DC converter (lihat gambar 2) yang menggerakkan transformer, dan yang memerlukan, biasanya, kurang dari 10 milliwatts (misalnya, 4,5 v dc di 2 mA) dan jarang lebih dari 50 milliwatts. Sensitivitas ini lebih baik dari yang dibutuhkan oleh satu-TTL output digital, dan yang tinggi-fan-out output bisa berkendara 3-10 SSR seperti itu secara paralel.
- Optik SSR's, sensitivitas berkisar dari sekitar 6 milliwatts (misalnya, 3 volt dc di 2 mA) hingga 100 milliwatts. Menggunakan resistor seri yang sesuai atau arus regulator, jenis rangkaian input juga kompatibel dengan Logika TTL tingkat, dan beberapa optis digabungkan SSR dapat digerakkan secara paralel oleh tinggi-fan-keluar jalur logika.
- Kepekaan paling "pengendalian langsung" SSR secara signifikan lebih rendah daripada yang terisolasi desain, tetapi kenyataannya adalah begitu penting karena mengendalikan daya yang diperlukan hampir selalu baik di dalam kapabilitas, bahkan kemampuan kontrol terkecil kontak. Maksimum tingkat turn-off (tegangan dan / atau arus) dari SSR adalah sekitar 50% dari tingkat minimum di mana ternyata Karakteristik ini memberikan margin yang memadai dengan keselamatan antara OFF ON , sehingga menghilangkan perilaku yang tidak menentu akibat perubahan kecil sinyal kontrol. Dalam banyak SSR desain, kontrol-voltage range jauh lebih besar daripada yang tersirat oleh minimum turn-on tegangan.Dalam desain dioptimalkan untuk lebar kisaran tegangan input, tidak biasa untuk SSR akan diberi nilai untuk digunakan selama lebih dari 6-ke-1 rentang kontrol tegangan (misalnya, 3.0 V menjadi 32 V). hibrida desain, kumparan relay dari buluh mungkin luka untuk hampir semua tegangan kontrol yang berguna, dari serendah 3 volt nominal, untuk 50 volt, atau bahkan lebih tinggi, namun kisaran input tegangan ditoleransi oleh SSR hibrida dibatasi oleh disipasi dalam kumparan relay. Umumnya, kisaran 1,5-1 adalah diterima. Di sisi lain, perlawanan seri, atau "Konstan-current" rangkaian input aktif, dapat digunakan untuk mengakomodasi hibrida relay tegangan input yang lebih tinggi.
Karakteristik input.
Di luar
pertimbangan sensitivitas karakteristik (halaman Z-120), kita harus juga
menggambarkan isolasi input-rangkaian sifat-sifat suatu SSR, yang membutuhkan
pertimbangan dari berbagai parameter, termasuk:
- Dielektrik kekuatan, dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya dari rangkaian kontrol baik kepada SSR kasus dan output (beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS), baik untuk kontrol output.
- Insulation Resistance, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms menjadi 100.000 megohms untuk transformator dan desain hibrida. Untuk optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000 megohms sampai 1 juta megohms.
- Stray Kapasitansi dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke rangkaian output mungkin control pasangan ac dan transien kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi, ke-sinyal kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini kapasitansi jarang cukup besar untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai 10 picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan dijelaskan nanti pada bagian ini.
Output Circuit Performance.
Jelas, yang paling signifikan parameter maksimum load-rangkaian tegangan yang
mungkin terkesan di relay output di
dalam kondisi MATI tanpa menyebabkan itu
terurai menjadi konduksi atau kegagalan, dan arus maksimum yang dapat mengalir
melalui output sirkuit dan beban dalam kondisi ON.
Perhatikan bahwa parameter tersebut
adalah (setidaknya pada pandangan pertama) dengan tegangan dan arus biasa
pemberian peringkat dari kontak pada
relay elektro-magnetik. Namun, perbedaan antara peringkat dan keluaran EMR SSR
output pemberian peringkat - perbedaan yang akan dibahas dalam perincian sebagai hasil eksposisi ini. Dalam
pendekatan yang paling umum, orang dapat mengatakan bahwa "Kontak
peringkat" dari sebuah SSR ditentukan hampir sepenuhnya oleh karakteristik dari
beban-current perangkat switching. Mungkin fakta ini adalah yang paling jelas
dari pemeriksaan yang paling sederhana ac jenis SSR - sebuah kontrol langsung
(non-terisolasi) desain, dengan rangkaian setara baik untuk ON dan OFF . Dalam
ON yang menampilkan TRIAC drop tegangan hampir konstan (yaitu, hampir
independen terhadap arus beban) kira-kira sama dengan dua silicon. dioda -
kurang dari 2 volt. Bagian dari arus beban melalui ini menyebabkan jatuh
tegangan disipasi daya
Dan kekuatan ini akan menyebabkan
kenaikan suhu di persimpangan TRIAC. Jika benar "panas - sinking” disediakan
yaitu, konduksi termal dari TRIAC kasus
ke udara luar atau ke panas konduktif struktur logam yang pada gilirannya dapat
menghilangkan kekuatan untuk udara
sekitarnya tanpa kenaikan suhu yang signifikan -- maka suhu TRIAC tidak akan bangkit di atas nilai maksimum untuk memastikan keandalan
pengoperasian (biasanya, 100 ° C). Nilai
arus yang SSR dapat tentukan, bukan oleh kekuatan hawa nafsu, tetapi oleh nilai
sekarang dari TRIAC. ketika TRIAC dinonaktifkan, jumlah yang sangat kecil dari
kebocoran arus dapat mengalir. Lintasan
arus ini, yang diwakili oleh sebuah perlawanan dalam rangkaian setara, sebenarnya merupakan fungsi
non-linear dari beban-rangkaian tegangan.
TRIAC adalah untuk menentukan nilai
maksimum terburuk untuk keadaan OFF
kebocoran" dan nilai tipikal adalah 0,001 A max. Untuk 5-ampere beban-nilai
sekarang. Beban sirkuit tegangan hanya yang ditentukan oleh blocking rating
tegangan thyristor. Rangkaian output-peringkat yang lebih umum terisolasi SSR
sebagian besar yang dirancang untuk mengontrol beban ac sirkuit, yang sangat
mirip dengan yang dijelaskan di atas, kecuali bahwa OFF---- biasanya lebih
tinggi pada urutan dari 5 mA pada 140 V
untuk sebuah 5-perangkat ampere kira-kira satu per seribu dari nilai arus
beban. Bentuk gelombang dalam rangkaian
beban, untuk kedua OFF dan ON . Tegangan
kurva tertarik pada skala yang lebih
luas dibandingkan dengan OFF dan beban
kurva tegangan. Bahkan pada tahap awal
ini pemeriksaan kami SSR perlu untuk
mempertimbangkan waktu hubungan antara sinyal kontrol dan ac load-rangkaian tegangan dan arus.
Sehubungan dengan waktu, ada dua
kelas switching SSR. Dalam satu, tidak
ada upaya khusus dibuat untuk mencapai
sinkronisme antara pergantian dari
sirkuit-beban listrik dan menyalakan dari thyristor sakelar. Dalam hal ini
"non-sinkron" kelas, kemudian, Tanggapan penundaan antara aplikasi
kontrol tegangan dan awal
beban-rangkaian konduksi adalah biasanya 20-200 mikrodetik digabungkan dan
transformator jenis, dan kurang dari satu milidetik pada hibrida (lagi karena
reed relay waktu operasi). Gelombang saat ini di turn-on di desain non-sinkron
jelas fungsi dari ketika dalam siklus ac
sinyal kontrol diterapkan.
Dalam sinkron (nol-tegangan turn-on)
desain, efek dari penerapan kontrol sinyal tertunda (jika diperlukan) sampai kekuatan-line tegangan
lewat melalui nol (Hal ini dilakukan oleh internal yang merasakan besarnya
garis tegangan, dan mencegah memicu thyristor sampai persimpangan nol berikutnya terjadi.) Jadi,
jika sinyal kontrol terjadi untuk diterapkan segera setelah nol persimpangan, para SSR tidak akan benar-benar
mulai melakukan sampai hampir setengah siklus penuh kemudian. Di sisi lain,
jika sinyal kontrol yang terjadi untuk diterapkan tepat sebelum
nol-persimpangan akan segera terjadi, SSR akan mulai melakukan hampir segera,
dengan hanya sangat kecil penundaan yang dijelaskan di atas untuk non-sinkron
desain. Jelas, saat itu, turn-on delay dari
SSR dapat memiliki nilai apapun
kurang dari satu milidetik untuk setengah penuh siklus listrik
(sekitar 8,3 milidetik untuk daya Hz 60
baris). Biasanya, selama 60 Hz layanan, penilaian diberikan sebagai 8,3
milidetik maksimum untuk semua solid-state-desain, dan 1,5 milidetik maksimum
untuk desain hibrida. Akhir
karakteristik utama AC-switching SSR
adalah perilaku turn-off. Karena
thyristor, sekali tidak akan berhenti
melakukan sampai arus beban mengalir melalui jatuh ke nol, mungkin turn-off
penundaan (antara penghapusan sinyal kontrol dan penghentian arus beban) dari
satu setengah siklus. Seperti dalam
kasus turn-on, turn-minimum off penundaan itu mendekati nol. Jadi, yang khas 60-Hz rating untuk turn-off
time adalah 9 milidetik maksimum.